Home besties about daftarisi tipsnulis petunjuk contact

Selasa, 17 Desember 2013

Surat Rindu untuk Dirimu.

Surat ini kubuat
karena rindu yang meluap-luap
dan terus minta ditumpahkan
entah di mana.
Surat ini kubuat
karena kenangan kita yang indah
yang tak bisa kulupakan
ataupun kumusnahkan.
Surat ini kubuat
sebagai tanda
bahwa ‘kita’ pernah ada.
Kita pernah ada.

Palembang, 16 Desember 2013.

Hai, kamu yang jauh di sana.
Bagaimana kabarmu sekarang? Kuharap baik dan akan selalu baik saja.
Masih ingatkah kamu dengan masa lalu kita?
Rindukah kamu dengan kisah manis kita?
Yang dulu pernah terjadi dan tak mungkin terulang lagi.

Hai, kamu yang entah di mana.
Tahukah kamu
bahwa
wajahmu selalu terngiang di benakku,
senyummu selalu dalam khayalku,
namamu selalu dalam memoriku,
dan percakapan kitapun selalu tersimpan dalam ingatanku.
Ah, mungkin kamu tidak tahu; karena kamu tidak melakukan hal yang sama sepertiku.

Hai, kamu yang menghilang begitu saja.
Sadarkah kamu
kalau sebenarnya
sebongkah rindu terselip rapat
dalam setiap kata di surat ini?
Sadarkah kamu
kalau sebenarnya
seribu angan kutiup pelan
dalam tiap lembar kertas ini?
Sadarkah kamu
kalau sebenarnya
sejuta cinta kutebarkan merata
dalam tiap huruf di surat ini?
Sadarkah kamu
kalau sebenarnya
semilyar memori teringat lagi
setelah kuteliti kalimat-kalimat di surat ini?

Harusnya kamu sadar itu. Harusnya.
Tapi, jujur saja, aku tidak yakin kalau kamu cukup peka
untuk mengetahuinya.
Ah, sayang sekali.

Hai, kamu yang kupikirkan setiap hari.
Masih kuatkah memorimu untuk mengingat masa lalu?
Masih jernihkah pikiranmu untuk menelusuri lorong waktu?
Cukup beranikah dirimu untuk melawan jarum detik yang berlari ke hulu?
Cukup pandaikah kamu untuk mengetahui alasan mengapa aku terus merindukanmu?
Dan apakah kamu yang sekarang masih seperti dulu?
Kuharap jawabanmu ya; karena itulah harapan yang tersimpan di benakku.

Hai, kamu yang terus menghantui bayangku.
Jika kamu sudah mulai tua sampai lupa cerita kita yang lama,
coba tanya pada angin.
Tanyalah pada mentari.
Tanyalah pada takdir.
Mintalah waktu perjelas semuanya.
Karena merekalah saksi dan pengabadi kisah kita.

Kalau kau sudah ingat kembali kisah ini,
tolong jangan lupakan lagi; sekali-kali jangan.
Entahlah, aku cuma tak ingin pengalaman kita dahulu hanya menjadi dongeng semata
dan fiksi belaka
bagimu.
Aku ingin kisah kita menjadi sesuatu yang istimewa,
dan tak terlupakan untukmu.
Aku tak meminta apapun darimu,
hanya itu saja.

Ah, angin, kumohon sampaikan surat ini untuknya.
Tolong pastikan dia membaca setiap lembarnya.
Beritahu dia aku masih sangat mengingatnya.
Kupinta ceritakan betapa rindu aku padanya.
Suruhlah dia kembali supaya penantianku ini tak sia-sia.

Angin, tolong sampaikan salam sayangku untuknya.

7 komentar:

  1. ninn :') Suratnya sedihhh :'( jadi keinet dulu :")

    BalasHapus
  2. Aduh nindaaaa! Panggil aku "fans berat puisi-puisimu". Tau tak? Aku sering ngunjungi blog ini nunggu curcolmu ._. semuanya keren. Puisi-puisinya...aku suka itu!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai meiza, "fans berat puisi-puisiku" (?) Hehe... makasih ya udah seneng sama postku :) thanks buat komennya :D
      kalo suka, komen di semua puisinya dong, jangan cuma disini aja(?)
      *guesesat*

      Hapus

Terima kasih bila sudah menyempatkan diri untuk berkomentar! 💕 :)

No captcha, no moderation, and no login here! Tinggal isi kolom komentar lalu publish, sesimpel itu! Bisa juga pakai anonim jika diperlukan (tho I don't recommend it) :).