Home besties about daftarisi tipsnulis petunjuk contact

Sabtu, 01 Oktober 2011

Sepatu Elsy

Alvina melangkahkan kakinya, memasuki kelas 5-1.
“Tumben datang pagi!” sindir Mini. Alvina meletakkan tasnya di sebelah bangku Mini. Setelah Lisette pindah, Mini pindah ke bangku bekas Lis.
“Emang kenapa? Nggak suka?” balas Alvina.
“Suka-suka aku dong!” sahut Mini. “Lagian, kan, biasanya kamu datang mendekati bel berbunyi!”
“Lagi ngomongin apa nih?” sambar Elsy yang tiba-tiba datang.
“Tau, tuh, si Mini! Nyolot-nyolot aja,” gerutu Alvina.
Mini mencibir. “Terserah!”
“Eh, mmm,” Elsy bingung harus memulai dari mana.
Alvina memandang Elsy yang cantik, kaya, ramah pula. Dari kepala, badan, sampai kaki, semuanya terlihat menawan.
Eh, tunggu. Kenapa Elsy selalu memakai sepatu ini? tanya Alvina dalam hati. Dia benar-benar heran. Elsy tidak menyukai sepatu bercorak garis-garis, tapi dia malah memakainya. Dia juga tidak suka benda yang kusam, tapi dia memakainya. Aneh.

“Els ...,” panggil Alvina lirih.
“Apa?” tanya Elsy sambil tersenyum ramah.
“Sep ....” Ups! Aku kan nggak boleh nanya itu. Nanti kalau dia kesinggung, gimana?
“September maksud kamu? Iya, sekarang memang bulan September,” jawab Elsy.
Fiuh .... batin Alvina.
Sepulang sekolah.
“Dah, Al! Dah, Mini!” seru Elsy.
“Dadah, Elsy!” seru Alvina dan Mini.
“Eh, Min ... kenapa, ya, sepatu Elsy kok kusam banget, ya?” tanya Alvina sambil berjalan pulang menuju rumahnya. Alfini sudah pulang jam 12 tadi, sedangkan anak kelas 5 pulang jam satu.
“Iya, ya .... Eh, gimana kalau kita beliin sepatu baru untuk Elsy?” usul Mini.
“Ide bagus! Ayo!” seru Alvina.
“Tapi ..., besok aja! Kan besok hari Minggu!”
Alvina mengangguk.
Esoknya, Alvina dan Mini membelikan sepatu baru untuk Elsy dengan uang mereka sendiri. Sepatunya berwarna hitam polos, cocok untuk sekolah.
Kemudian, mereka mendatangi rumah Elsy. “Elsy!”
“Alvina! Mini! Ayo masuk!” sambut Elsy.
“Eh, kalian duluan, ya, aku mau nglepas sepatu dulu!” kata Alvina sambil mengedipkan mata pada Mini. Alvina memang sengaja memakai sepatu bertali, sedangkan Mini memakai sandal.
“Iya!” jawab Elsy, lalu mengajak Mini masuk.
Alvina menukar sepatu lama Elsy dengan sepatu yang dibelinya, lalu membuang sepatu lama di tempat sampah. Kemudian ia masuk ke dalam rumah Elsy.
Hari Senin.
“Lho, mana sepatu lamaku?” tanya Elsy kebingungan. Dia mencari kemana-mana, tapi tidak ada.
“Duh, di mana, ya? Jangan-jangan ... hilang! Bagaimana ini?” tanya Elsy cemas. Dia sudah bertanya dengan ayah dan pembantunya, tapi mereka tidak tahu.
Akhirnya, Elsy memakai sepatu baru yang kemarin dibeli Alvina dan Mini. Tidak ada jalan lain, untuk sementara aku harus memakainya, pikir Elsy.
“Hai, Elsy!” sapa Alvina riang ketika di sekolah.
“Kok lesu?” tanya Mini.
Elsy menceritakan semuanya.
Alvina membisu. “Sebenarnya ....”
“Sebenarnya kenapa?” tanya Elsy.
“Kita yang menukar sepatumu dengan sepatu yang kami beli. Kita kasihan sama kamu, soalnya sepatumu itu sudah sangat butut, jadi sepatumu kami buang ...,” jawab Mini lirih.
“Maafkan aku, ya. harusnya aku tidak terlalu berlebihan. Sepatu itu adalah peninggalan almarhumah ibuku ...,” kata Elsy, lalu dilanjutkan dengan tangis. Setelah tangisnya mereda, dia kembali bilang, “Biarlah sepatu itu dibuang. Itu memang sudah tidak pantas lagi dipakai.”
Alvina dan Mini tersenyum.
Elsy tersenyum lebar. Mereka sangat bahagia.

1 komentar:

Terima kasih bila sudah menyempatkan diri untuk berkomentar! 💕 :)

No captcha, no moderation, and no login here! Tinggal isi kolom komentar lalu publish, sesimpel itu! Bisa juga pakai anonim jika diperlukan (tho I don't recommend it) :).