Home besties about daftarisi tipsnulis petunjuk contact

Sabtu, 17 September 2011

Sok Berani

Rio terus mengikuti pencuri bersarung yang sering diduga hantu oleh warga desa itu, kemudian … BUK! Rio memukulnya!

“Sebenarnya kamu ini siapa?” tanya Rio dengan berani. “Kalau kamu hantu, nggak mungkin bunyi kalau dipukul! Hantu kan, tembus pandang!”

Kemudian, Rio membuka sarungnya. Ternyata itu Bang Hari! Tetangganya!

Rio berniat untuk mengadukan hal ini pada warga desa. Lalu ia menyeret Bang Hari menuju poskamling ....


Alvina, gadis berumur 10 tahun itu menutup buku ceritanya. “Hehehe, aku juga akan melakukannya! Aku akan menyelidiki hantu di rumah kosong itu!”

Ada sebuah rumah kosong di kompleks rumah Alvina. Orang-orang bilang, sih, itu rumah yang angker. Pokoknya, anak-anak kecil yang lewat situ pasti langsung ketakutan.

“Apa? Kamu mau menyelidiki rumah kosong itu?” tanya Mini kaget setelah Alvina menceritakan keinginannya.

“Iya! Kamu takut, ya?” ledek Alvina.

“Eh, tapi ... kenapa tiba-tiba banget, sih?” Mini tak menjawab pertanyaan Alvina.

“Aku habis baca buku Petualangan Rio! Kayaknya seru, deh!”

Mini menghela nafas panjang. Dia tahu bahwa Alvina itu sangat menyenangi kasus hantu. Tapi baru kali ini penyelidikannya. Mini jadi khawatir, jangan-jangan Alvina akan pingsan duluan!

“Kamu berani?” Mini meragu.

Alvina mengangguk mantap.

“Ya udah ..., nanti malam aja, sesudah isya’,” sahut Mini. “Tapi kamu nggak takut, kan?”

“Enggak! Pukul aku 20 kali kalau aku pingsan!” jawab Alvina.

“OK!” balas Mini. Kemudian, Alvina pulang ke rumahnya.

Beberapa jam kemudian ....

“Hoam ...,” Alvina menguap, tapi dia cepat-cepat menutup mulutnya. Lalu ia berbaring di kasurnya yang empuk.

“Allahu Akbar Allahu Akbar!” Azan isya’ terdengar.

Yeah ... sekarang tinggal ke rumah Mini!” seru Alvina girang.

“Eeh ..., Mbak Alvina kan belum shalat!” Alfini, adik Alvina mengingatkan.

“Oh iya! Makasih ya Dek, udah ngingetin. Ayo kita shalat isya’!”

Alfini hanya tersenyum simpul.

Beberapa menit kemudian, Alvina dan Alfini selesai bersembahyang. Alvina langsung lari ke rumah Mini setelah pamit pada mamanya.

Ting tong! Alvina memencet bel rumah Mini.

“Alvina! Silakan masuk!” sambut Mini setelah membukakan pintu.

Setelah dipersilakan duduk di kursi ruang tamu, Alvina langsung mengajak Mini ke rumah angker.

Sesampainya di rumah angker itu, Alvina jadi agak merinding. Tapi, dia cepat-cepat menyembunyikan perasaannya itu agar tak diledek Mini.

“Masuk, yuk!” ajak Mini.

Kriekk .... Alvina membuka pintu rumah itu. Dia benar-benar merinding.

Mini dan Alvina masuk ke rumah itu. Banyak lukisan bunga di dindingnya. Rumah ini benar-benar tidak seperti yang mereka kira. Rumahnya bersih, rapi, dan terawat. Di ruangan itu ada sebuah sofa.

“Hihihi ...!” Tiba-tiba terdengar suara aneh. Alvina makin merinding dan Mini agak takut.

Dap-dap-dap! Bunyi langkah kaki Mini dan Alvina terdengar kencang.

Kriek .... Tiba-tiba, ada seorang nenek tua yang melangkah dari pintu lain. Pakaiannya serba putih, dan seperti menggunakan tudung.

Mini berdiri kaku, sementara Alvina benar-benar kaget dan ... pingsan!

Alvina telah membuka matanya. Ternyata ia hanya bermimpi!

“Min, aku nggak jadi ke rumah angker itu, deh!” seru Alvina saat Mini datang ke rumahnya.

“Hahaha ..., kenapa? Takut?” tanya Mini sambil tertawa.

Alvina mengangguk malu-malu. Biarlah rumah kosong itu menjadi misteri, batin Alvina.

“Makanya, jangan sok berani!” seru Mini setelah Alvina menceritakan semuanya.

0 shout{s}:

Posting Komentar

Terima kasih bila sudah menyempatkan diri untuk berkomentar! 💕 :)

No captcha, no moderation, and no login here! Tinggal isi kolom komentar lalu publish, sesimpel itu! Bisa juga pakai anonim jika diperlukan (tho I don't recommend it) :).